Manusia membutuhkan makanan untuk dapat hidup.
Makanan yang masuk ke dalam tubuh tidak dapat langsung digunakan oleh tubuh,
tetapi makanan yang masuk harus menjalani proses pencernaan terlebih dahulu. Proses
pencernaan sendiri melibatkan organ-organ pencernaan untuk bisa mencerna, salah
satunya adalah hati. Kebanyakan orang tidak mengetahui peranan penting hati
dalam proses pencernaan. Oleh karena itu, kali ini kita akan membahas sedikit
tentang hati dan penyakit yang sering menyertainya. Check it
out….
Hati adalah salah satu alat tubuh penting yang
berperan dalam metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein. Sebagian besar
hasil pencernaan setelah diabsorbsi, langsung dibawa ke hati untuk disimpan
atau diubah menjadi bentuk lain dan diangkut ke bagian tubuh yang memerlukan.
Hati juga merupakan tempat penyimpanan mineral berupa zat besi dan tembaga yang
dibutuhkan untuk pembentukan sel darah merah serta vitamin-vitamin larut lemak
A, D, E, dan K. Selain itu, hati juga mengatur volume dan sirkulasi darah serta
berperan dalam detoksifikasi obat-obatan dan
racun-racun.
Bila saluran pencernaan makanan
atau hati (hepar) terganggu oleh penyakit, proses pengolahan zat-zat makanan di
dalam tubuh pun akan mengalami hambatan. Dua jenis penyakit hati yang sering
ditemukan adalah hepatitis dan sirosis hati. Hepatitis adalah peradangan hati
yang disebabkan oleh keracunan toksin tertentu atau karena infeksi virus.
Penyakit ini sering disertai dengan anoreksia, demam, rasa mual dan muntah,
serta jandice (kuning).
Hepatitis
terjadi dari yang asimptomatik sampai dengan timbunya sakit dengan gejala
ringan. Sebenarnya sel hati mengalami regenerasi secara lengkap dalam 2 sampai
3 bulan. Beberapa penderita sering
mengabaikan penyakit hepatitis yag dideritanya karena dalam waktu tertentu
seolah kondisi tubuh terasa membaik. Padahal sebenarnya serangan penyakit
tersebut masih terus berlangsung sehingga mereka menganggap bahwa kondisinya
yang tampak membaik tidak perlu mendapat pengobatan lebih lanjut untuk
menangani gangguan yang masih terus berjalan. Akhirnya, hati gagal menjalankan
fungsinya dan penderita akan meninggal, duh ngeri…...
Dalam hal ini, pengaturan menu
makanan bagi penderita gangguan hati memegang peranan penting dalam proses
penyembuhan, selain pengobatan tentunya…. Bentuk, jenis, jumlah, dan jadwal
pemberian makanan perlu diatur. Tujuan untuk diet pada penderita
hepatitis adalah membantu mempertahankan kondisi penderita dan meningkatkan
asupan gizi penderita. Melalui perencanaan menu secara tepat, pemulihan fungsi
hati dan proses penyembuhannya dapat berjalan lancar. Persyaratan umum diet
untuk hepatitis harus terdiri dari bahan yang memiliki kandungan energi cukup
tinggi, mengandung karbohidrat, kandungan lemaknya sedang, tidak menggunakan
bumbu yang bersifat merangsang, serta jumlah protein yang harus sesuai dengan
kondisi penderita. Diet untuk penderita hepatitis dibedakan menjadi empat
jenis. Setiap jenis diet yang diberikan disesuaikan dengan kondisi penderita.
Penderita
hepatitis akut yang kesadarannya menurun, namun masih dapat makan, menu diet yang
diberikan biasanya tidak mengandung protein, melainkan terdiri dari makanan
berkarbohidrat sederhana, seperti sari buah, sirup, atau teh manis. Hal ini agar
tidak memberatkan kerja hati yang sedang mengalami kerusakan. Kebayangkan
seperti orang yang lagi sakit terus disuruh kerja ini, itu, dan seterusnya,
padahal seharusnya orang yang sakit harus beristirahat ditempat tidur, nah ini
juga sama dengan hati yang sedang mengalami kerusakan supaya bisa istirahat. Menu
yang diberikan pada diet ini sebenarnya kurang memenuhi zat-zat gizi lain, oleh
karena itu biasanya penderita harus diberikan pemenuhan gizi lewat cara yang
lain yaitu, lewat pemberian nutrisi parenteral atau lebih kita kenal infuse.
Beda lagi
dengan penderita hepatitis yang telah melewati fase akut dan nafsu makannya
telah membaik. Penderita ini biasanya diberikan diet dengan jumlah protein yang
harus dibatasi yaitu 0,5 g/kg berat badan atau kurang lebih 30 g/hari. Selain
itu, bahan makanan yang mengandung lemak dapat diberikan sepanjang penderita
tidak merasa mual. Semua bahan makanan yang diberikan harus mudah dicerna,
misalnya dalam bentuk cincang atau lunak.
Bagi penderita
yang telah pulih nafsu makannya. Dalam kondisi ini pemberian protein dapat
ditingkatkan menjadi 1 g/kg berat badan. Ketentuan lain mengenai penyusunan
menu diet ini sama dengan diet hati yang kedua di atas. Namun, bentuk makanan
yang diberikan tergantung kesanggupan penderita. Sedangkan pada pasien atau
penderita yang berada dalam tahap penyembuhan, menu yang diberikan harus
memiliki energi dan protein tinggi. Ini berguna untuk mengejar ketertinggalan
kecukupan gizi selama sakit dan mengganti jaringan-jaringan yang rusak dalam
kata lain biar cepet sembuh dan bisa beraktivitas seperti layaknya orang sehat.
Pada penderita ini, jumlah minimal pemberian protein adalah 2 g/kg berat badan,
konsumsi lemak tetap harus dibatasi sekitar 20-50 g/hari, serta vitamin dan
mineral yang diberikan secukupnya.
Mudah-mudahan
info ini bermanfaat for you guys……..
No comments:
Post a Comment
Please write your comments