11.17.2012

Diet dan Hepatitis, Apa Hubungannya…….?


Manusia membutuhkan makanan untuk dapat hidup. Makanan yang masuk ke dalam tubuh tidak dapat langsung digunakan oleh tubuh, tetapi makanan yang masuk harus menjalani proses pencernaan terlebih dahulu. Proses pencernaan sendiri melibatkan organ-organ pencernaan untuk bisa mencerna, salah satunya adalah hati. Kebanyakan orang tidak mengetahui peranan penting hati dalam proses pencernaan. Oleh karena itu, kali ini kita akan membahas sedikit tentang hati dan penyakit yang sering menyertainya. Check it out….

Hati adalah salah satu alat tubuh penting yang berperan dalam metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein. Sebagian besar hasil pencernaan setelah diabsorbsi, langsung dibawa ke hati untuk disimpan atau diubah menjadi bentuk lain dan diangkut ke bagian tubuh yang memerlukan. Hati juga merupakan tempat penyimpanan mineral berupa zat besi dan tembaga yang dibutuhkan untuk pembentukan sel darah merah serta vitamin-vitamin larut lemak A, D, E, dan K. Selain itu, hati juga mengatur volume dan sirkulasi darah serta berperan dalam detoksifikasi obat-obatan dan racun-racun.

Bila saluran pencernaan makanan atau hati (hepar) terganggu oleh penyakit, proses pengolahan zat-zat makanan di dalam tubuh pun akan mengalami hambatan. Dua jenis penyakit hati yang sering ditemukan adalah hepatitis dan sirosis hati. Hepatitis adalah peradangan hati yang disebabkan oleh keracunan toksin tertentu atau karena infeksi virus. Penyakit ini sering disertai dengan anoreksia, demam, rasa mual dan muntah, serta jandice (kuning).
Hepatitis terjadi dari yang asimptomatik sampai dengan timbunya sakit dengan gejala ringan. Sebenarnya sel hati mengalami regenerasi secara lengkap dalam 2 sampai 3 bulan. Beberapa penderita sering mengabaikan penyakit hepatitis yag dideritanya karena dalam waktu tertentu seolah kondisi tubuh terasa membaik. Padahal sebenarnya serangan penyakit tersebut masih terus berlangsung sehingga mereka menganggap bahwa kondisinya yang tampak membaik tidak perlu mendapat pengobatan lebih lanjut untuk menangani gangguan yang masih terus berjalan. Akhirnya, hati gagal menjalankan fungsinya dan penderita akan meninggal, duh ngeri…...
Dalam hal ini, pengaturan menu makanan bagi penderita gangguan hati memegang peranan penting dalam proses penyembuhan, selain pengobatan tentunya…. Bentuk, jenis, jumlah, dan jadwal pemberian makanan perlu diatur. Tujuan untuk diet pada penderita hepatitis adalah membantu mempertahankan kondisi penderita dan meningkatkan asupan gizi penderita. Melalui perencanaan menu secara tepat, pemulihan fungsi hati dan proses penyembuhannya dapat berjalan lancar. Persyaratan umum diet untuk hepatitis harus terdiri dari bahan yang memiliki kandungan energi cukup tinggi, mengandung karbohidrat, kandungan lemaknya sedang, tidak menggunakan bumbu yang bersifat merangsang, serta jumlah protein yang harus sesuai dengan kondisi penderita. Diet untuk penderita hepatitis dibedakan menjadi empat jenis. Setiap jenis diet yang diberikan disesuaikan dengan kondisi penderita.
Penderita hepatitis akut yang kesadarannya menurun, namun masih dapat makan, menu diet yang diberikan biasanya tidak mengandung protein, melainkan terdiri dari makanan berkarbohidrat sederhana, seperti sari buah, sirup, atau teh manis. Hal ini agar tidak memberatkan kerja hati yang sedang mengalami kerusakan. Kebayangkan seperti orang yang lagi sakit terus disuruh kerja ini, itu, dan seterusnya, padahal seharusnya orang yang sakit harus beristirahat ditempat tidur, nah ini juga sama dengan hati yang sedang mengalami kerusakan supaya bisa istirahat. Menu yang diberikan pada diet ini sebenarnya kurang memenuhi zat-zat gizi lain, oleh karena itu biasanya penderita harus diberikan pemenuhan gizi lewat cara yang lain yaitu, lewat pemberian nutrisi parenteral atau lebih kita kenal infuse.
Beda lagi dengan penderita hepatitis yang telah melewati fase akut dan nafsu makannya telah membaik. Penderita ini biasanya diberikan diet dengan jumlah protein yang harus dibatasi yaitu 0,5 g/kg berat badan atau kurang lebih 30 g/hari. Selain itu, bahan makanan yang mengandung lemak dapat diberikan sepanjang penderita tidak merasa mual. Semua bahan makanan yang diberikan harus mudah dicerna, misalnya dalam bentuk cincang atau lunak.
Bagi penderita yang telah pulih nafsu makannya. Dalam kondisi ini pemberian protein dapat ditingkatkan menjadi 1 g/kg berat badan. Ketentuan lain mengenai penyusunan menu diet ini sama dengan diet hati yang kedua di atas. Namun, bentuk makanan yang diberikan tergantung kesanggupan penderita. Sedangkan pada pasien atau penderita yang berada dalam tahap penyembuhan, menu yang diberikan harus memiliki energi dan protein tinggi. Ini berguna untuk mengejar ketertinggalan kecukupan gizi selama sakit dan mengganti jaringan-jaringan yang rusak dalam kata lain biar cepet sembuh dan bisa beraktivitas seperti layaknya orang sehat. Pada penderita ini, jumlah minimal pemberian protein adalah 2 g/kg berat badan, konsumsi lemak tetap harus dibatasi sekitar 20-50 g/hari, serta vitamin dan mineral yang diberikan secukupnya.

Mudah-mudahan info ini bermanfaat for you guys……..

No comments:

Post a Comment

Please write your comments